TENTANG FFDB

Festival Film Dokumenter Bali (FFDB) adalah sebuah ajang untuk mengakrabkan film dokumenter sebagai sebuah ekspresi budaya. Selain untuk mendokumentasikan berbagai peristiwa budaya, melalui ajang ini diharapkan film dokumenter juga menjadi media penyampai pesan yang mengispirasi penonton untuk terlibat aktif menjaga spirit kebudayaannya, yakni menjadikan dunia sebagai tempat yang nyaman dihuni oleh siapa pun.

Festival Film Dokumenter Bali (FFDB) bermula dari sebuah lomba dalam Pesta Kesenian Bali 2010. Lomba tersebut disponsori oleh Dinas Kebudayaan Bali, namun pelaksanaanya diserahkan kepada Agung Bawantara dan Maria Ekaristi.

Saat itu lomba berhasil menjaring 14 peserta dari seluruh Bali.tampil sebagai juara dalam lomba tersebut adalah Sang Hyang Dedari (SMKN 1 Mas Ubud), Swadharmaning Jro Gde Ring Batur karya Ariz Arsa Purnama (FIKOM Universitas Dwijendra Denpasar), dan Janger Kolok karya Putu Satria Kusuma  (Pemkab Buleleng).

Merambah Nasional 
Tahun 2011, nama ajang ini diubah menjadi Festival Film Dokumenter Bali (FFDB) dan dicakupannya dilebarkan menjadi Nasional. Festival ini menyakup beberapa kegiatan yakni: Workshop, Meet the Maestro, Lomba Film Dokumenter, dan pemutaran film.

Workshop Film Dokumenter dilakukan di seluruh Kabupaten/Kota di Bali melibatkan tenaga pengajar yakni Erick EST, Samsul Hadi dan Agung Bawantara. Ketiganya adalah pegiat media audio-visual yang berdomisili di Bali.

Meet the Maestro adalah acara yang mempertemukan para pegiat film dokumenter Bali dengan maestro di bidang ini. Adapun Maestro yang dihadirkan dalam acara ini adalah Dr. Lawrence Blair, seorang Antropolog yang menekuni dunia dokumenter sejak tahun 1970-an. Film dokumenter Lawrence, Ring of Fire, memenangi Emmy Award sebagai seri dokumenter terbaik.   

Lomba Film Dokumenter dalam festival ini dibagi menjadi dua kategori yakni Kategori Umum dan Kategori Ponsel. Kategori Umum untuk mereka yang menggunakan peralatan profesional, sedangkan Kategori Ponsel adalah mereka yang membuat karyanya dengan kamera yang terdapat dalam telepon seluler. Ada 34 karya yang masuk dalam lomba tersebut. Tampil sebagai juara dalam lomba tersebut adalah Lampion-lampion karya Dwitra J. Ariana. Empat film lain yang termasuk lima besar dalam festival ini adalah Opera Batak karya Andi Hutagalung (Medan), Seni Budaya Antara Realita dan Harapan karya Putu Widana Yuniawahari (Disbudpar Kabupaten Klungkung), Baris Jangkang  (SMKN 1 Mas Ubud, Gianyar), Baris Cina karya Komang Gde Mayusa (Pemkot Denpasar).

Kebersamaan di Tengah Keragaman
Tahun 2012, Festival Film Dokumenter Bali (FFDB) tidak lagi didanai oleh Pemerintah Provinsi Bali dan tidak lagi menjadi agenda Pesta Kesenian Bali. Namun para pemrakarsa memutuskan untuk tetap menjalankan acara ini di bawah bendera Arti Foundation.

Semangat yang diusung Festival Film Dokumenter  Bali (FFDB) ini selanjutnya adalah "Kebersamaan di tengah Keberagaman". Seluruh penghargaan baik bagi juara maupun bagi tokoh-tokoh yang berjasa dalam memajukan film dokumenter dengan semangat di atas dinamakan Trofi Bhineka Tunggal Ika (Bhineka Tunggal Ika Award).

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews